Menunggu Adzan Shubuh
Sejarah Adzan, Seruan Sholat yang Pertama Kali Dikumandangkan Bilal bin Rabah Sejarah adzan dimulai sejak masa Nabi Muhammad SAW. Kini kumandang adzan terdengar sepanjang hari yang menandakan datangnya waktu sholat fardhu: Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.
Adzan ternyata bukan hanya seruan untuk sholat fardhu, namun juga dikumandangkan saat kelahiran bayi atau ketika menguburkan jenazah.
Mengutip buku Sejarah Ibadah oleh Syahruddin El-Fikri dijelaskan arti adzan secara bahasa yakni pemberitahuan (i lam). Sedangkan dari segi istilah dan syar'i, adzan adalah panggilan atau pemberitahuan kepada umat Islam untuk melaksanakan sholat karena waktu sholat telah tiba.
Sejarah Adzan
Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah. Saat itu, Rasulullah SAW mengumpulkan sahabatnya untuk bermusyawarah, tentang cara memberi tahu umat Islam akan tibanya waktu sholat.
Beberapa sahabat menyampaikan berbagai usulan. Ada sahabat yang mengusulkan dengan menggunakan bendera sebagai tanda waktu sholat telah tiba. Apabila bendera dikibarkan, itu pertanda waktu sholat telah datang. Bagi yang melihatnya, dianjurkan untuk memberitahukan kepada yang lain bahwa waktu shalat telah tiba.
Ada pula sahabat yang mengusulkan agar menggunakan lonceng, sebagaimana yang dilakukan oleh orang Nasrani. Berbagai usul pun dilontarkan dalam musyawarah tersebut. Semua pendapat dan masukan ditampung oleh Rasulullah SAW.
Kemudian ada yang mengusulkan dengan menyalakan api di bukit. Bila api menyala, hal itu menunjukkan pertanda waktu sholat telah datang. Dan, yang melihat api dinyalakan, hendaknya memberi tahu yang lain agar segera menghadiri sholat berjamaah di masjid.
Namun, semua usulan itu ditolak oleh Rasulullah SAW dengan alasan bahwa sejumlah tanda-tanda itu kurang banyak manfaatnya dan hal itu hanya diketahui oleh orang per orang saja.
Rasul pun mengganti usulan itu dengan seruan ash Shalâtu Jâmi'ah (Mari shalat berjamaah).
Abdullah bin Zaid berkata, "Suatu hari Rasulullah SAW menyuruh memukul lonceng agar orang-orang berkumpul untuk sholat. Ketika tertidur, aku bermimpi seorang laki-laki datang membawa lonceng dengan tangannya dan mengelilingiku. Aku pun berkata padanya, "Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng itu?' Dia berkata, 'Apa yang akan engkau lakukan dengannya (lonceng tersebut)? Maka kujawab: 'Kami akan gunakan (lonceng itu) sebagai panggilan sholat. Dia pun berkata, 'Mau engkau kuberi tahu (panggilan) yang lebih baik dari (bunyi lonceng) itu?' Maka, aku pun berkata, 'Tentu saja mau.'
Dia berkata, kau ucapkan:
Allâhu Akbar Allâhu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallâh (2x)
Asyhadu anna Muhammadar Rasûlullâh (2x)
Hayya 'alash shalâh (2x)
Hayya 'alal falâh (2x)
Allâhu Akbar Allâhu Akbar
Lâ ilaha illallâh.
Setelah melafalkan kalimat tersebut, laki-laki yang membawa lonceng itu terdiam sejenak. Lalu, ia berkata: 'Katakanlah jika sholat akan didirikan;
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallâh
Asyhadu anna Muhammadar Rasûlullâh
Hayya 'alash shalâh
Hayya 'alal falâh
Qad qâmatish shalâh (2x)
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar
Lâ ilaha illallâh."
Begitu Shubuh, aku mendatangi Rasulullah SAW , kemudian kusampaikan kepada beliau, perihal yang kumimpikan. Beliau pun bersabda, "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Bangkitlah bersama Bilal bin Rabah karena sesungguhnya suaranya lebih lantang darimu."
Maka, aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya dan dia yang beradzan. Ternyata, seruan adzan tersebut terdengar oleh Umar bin Khaththab ketika dia berada di rumahnya.
Umar kemudian keluar dengan selendangnya yang menjuntai. Dia berkata, "Demi Zat yang telah mengutusmu (Muhammad) dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya."
Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, "Maka, bagi Allah-lah segala puji," (HR Abu Dawud, At Tirmidzi, al-Bukhari, ad Darimi, Ibnu Majah)
Demikian asal mula atau sejarah ditetapkannya adzan sebagai seruan memanggil umat Islam, untuk menunaikan sholat berjamaah. "Jika telah datang waktu shalat, hendaknya salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan," (HR Bukhari Muslim).
Bilal bin Rabah, Sang Mu'adzin Pertama
Bilal bin Rabah menjadi mu'adzin pertama yang mengumandangkan adzan setiap datang waktu sholat. Ia adalah seorang budak berkulit gelap (hitam). Namun, akhirnya bebas (merdeka) setelah memeluk Islam.
Bilal termasuk salah seorang yang pertama memeluk Islam. Sepanjang hidup Rasulullah SAW, selama itu pula Bilal menjadi muadzin Rasulullah.
Rasul sangat senang dengan suara lantang Bilal. Ketika Rasulullah SAW wafat, dan jenazah orang paling mulia itu dikafankan, Bilal segera berdiri untuk mengumandangkan adzan.
Ketika sampai pada kalimat 'Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah', tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup melanjutkan adzannya karena perasaan yang sangat sedih.
Sejak kepergian Rasulullah SAW, Bilal hanya sanggup mengumandangkan adzan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, Asyhadu anna muhammadar rasulullah, ia langsung menangis tersedu-sedu.
Alasan inilah yang kemudian membuat Bilal memohon kepada Abu Bakar agar diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari Kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam. Permintaan Bilal itu dikabulkan Abu Bakar kendati dengan berat hati.
Ketika berada di Syam, Umar yang kemudian menjadi Khalifah, bertemu dengan sang muadzin ini. Umar langsung melepaskan kerinduannya dengan Bilal.
Amirul Mukminin meminta sekali lagi, sang pelantun panggilan Tauhid ini untuk mengumandangkan adzan. Lalu, ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar, Umar tidak sanggup menahan tangisnya. Sahabat lain pun turut menangis.
Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah SAW. Bilal, 'sang pengumandang seruan langit itu' tinggal di Damaskus hingga wafat.
Baca artikel detikhikmah, "Sejarah Adzan, Seruan Sholat yang Pertama Kali Dikumandangkan Bilal bin Rabah"
Tidak ada komentar: